DEPOKTIME.COM, Depok-Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI) menyelenggarakan Pameran Kesempatan Kerja (Job Fair) Nasional XVII Tahun 2018 di Hotel Bhumi Wiyata Kota Depok, Jawa Barat. Job fair yang diselenggarakan mulai tanggal 4 – 5 Juli 2018 ini dibuka langsung oleh Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) Hanif Dhakiri dan dipadati oleh para pencari kerja.
Pameran Kesempatan Kerja yang diselenggarakan Kemnaker ini mengusung tema “Peningkatan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja di Era Digitalisasi.” Ada sekitar 12.000 lowongan pekerjaan yang tersedia dengan 160 perusahaan dan instansi yang mengikuti job fair tahun ini.
Dalam sambutannya, Hanif Dhakiri menyatakan bahwa job fair tersebut merupakan upaya mempertemukan pemberi kerja dan pencaker secara langsung. Upaya ini diharapkan mampu menekan angka pengangguran di Indonesia.
“Oleh karenanya, kita terus mendorong semua pihak agar bisa menyelenggarakan pameran kerja di berbagai daerah bukan hanya di pusat,” kata Hanif dalam sambutannya pada Rabu (04/07/2018).
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Februari 2018, tercatat jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyka 133,94 juta orang dengan jumlah penduduk bekerja mencapai 127,07 juta orang. Sedangkan jumlah angkatan kerja yang menganggur sebanyak 6,87 juta orang (TPT 5,13%). Angka pengangguran ini mengalami penurunan jika dibandingkan survei Agustus 2017 sebanyak 7,04 juta orang penganggur.
“Pemerintah terus berupaya membuka kesempatan kerja yang lebih besar dari pada pertambahan angkatan kerja baru, sehingga jumlah pengangguran terbuka menjadi berkurang,” ujarnya.
Hanif menjelaskan, dalam 3 tahun terakhir, upaya penciptaan kesempatan kerja yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia telah melampui target 2 juta penempatan per tahun. Berdasarkan data Informasi Pasar Kerja Kemnaker, pada tahun pada tahun 2015 sebanyak 2,886 juta orang telah ditempatkan. Sedangkan tahun 2016 sebanyak 2,448 juta orang dan tahun 2017 sebanyak 2,669 juta orang.
Dalam kesempatan ini, Hanif juga mengingatkan bahwa perkembangan teknologi dan informasi berpengaruh terhadap karakter pekerjaan. Di era revolusi industri 4.0 saat ini, berbagai jenis pekerjaan diprediksi akan hilang. Namun di sisi lain, revolusi industri juga akan melahirkan jenis-jenis pekerjaan baru.
Oleh karenanya, Hanif berpesan kepada peserta job fair untuk terus berinovasi. Dengan cara belajar dan bekerja di atas standar.“Kalau dulu orang menggelorakan Merdeka Atau Mati. Maka sekarang Inovasi Atau Mati,” jelasnya.
Aspek terpenting dalam menghadapi revolusi industri tersebut, sebut Hanif adalah memperkuat diri dengan berbagai keterampilan dan kompetensi kerja. Siapapun tidak boleh berpuas diri dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki saat ini. Karena, revolusi industri 4.0 menuntut perubahan cepat, termasuk perubahan skill.
“Sehingga, setiap orang harus mampu dengan cepat pula untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Kalau kita tidak cepat beradaptasi dengan perubahan, maka kita pasti ketinggalan,”pungkasnya. (Udine/Hum/DT).