DEOKTIME.COM, Depok-Agar para mahasiswa terhindar perilaku radikal dan terorisme yang belakangan marak, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hamidiyah menggelar acara Kuliah Umum tentang penanganan gerakan radikal di dunia kampus.
“Ini adalah bagian dari pencegahan, jangan sampai para mahasiswa ini terindikasi ideologi radikal dan sikap apriori pada pemerintah. Sebab, masih adanya anggapan sebagian masyarakat terkait lembaga Pendidikan Islam yang disinyalir adanya gerakan radikal,”ujar Ketua STAI Al-Hamidiyah H. Abdul Hamid seusai acara Kuliah Umum. Kampus STAI Al-Hamidiyah, Jl. Raya Sawangan, Pancoran Mas pada Senin (03/09/2018).
Hamid mengungkapkan dengan menghadirkan narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurutnya, agar para mahasiswa mengetahui persis secara yuridis dan aplikatif bahwa gerakan radikal serta teroris dilarang agama.
“Kita tidak berhenti pada seminar saja. Tapi, kedepannya akan memperluas kerjasama dengan BNPT dan alumni dalam penanganan teroris. Dengan memperluas jaringan diharapkan tidak terjadi kebuntuan,” ungkapnya.
Dirinya berpesan agar para mahasiswa jangan cepat percaya dengan sesuatu sebelum terbukti secara impiris. Bagi masyarakat, lanjutnya, diharapkan jangan mudah terhasud dengan paham yang mengajak pada intoleransi dan radikalisasi.
“Seperti dulu pada masa PKI, kebanyakan mereka itu ikut-ikutan. Sama halnya dengan teroris, juga banyak yang ikut-ikutan saja,” paparnya.
Ketua Penyelenggara, Ustad Muhajirin mengungkapkan bahwa kuliah umum tersebut bagian dari upaya menangkal gerakan radikalisasi di kampus. Pasalnya, sudah bukan menjadi rahasia umum adanya dosen dan mahasiswa yang diindikasi terlibat dalam radikalisme.
“Kuliah umum ini adalah rangkaian dari kegiatan masa taaruf mahasiswa (Mastama). Yang sebelumnya, juga telah dilakukan pengenalan kampus, bakti sosial dan lainnya,” paparnya.
Kasie Pembinaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Arifin Ahmad, mengaku pihaknya telah melakukan beragam upaya dalam deradikalisasi. Menurutnya, tidak hanya penanganan hard power saja. Namun, lanjutnya, secara soft power juga dilakukan seperti pelatihan wirausaha dan lain-lain.
“Kita ingin agar para mahasiswa juga ikut serta dalam menanggulangi gerakan deradikalisasi dan aksi teroris,”pungkasnya. (Udine/AN/DT).